Selasa, 23 Agustus 2011

Wangsa Sailendra


Śailendravamśa atau wangsa sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752.
Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana.
Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini masih diperdebatkan.
Disamping berasal dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini.
Di Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis).
Kemudian nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari tahun 725 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka).
Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda.

Asal-usul

Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana.
Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara.
Ada yang mengatakan bahwa keluarga Śailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan.
Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) berasal dari Kalingga (India Selatan).
Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Śailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang.
Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya.

Teori Funan

George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja).
Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Śailendra.
Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera

Teori Nusantara

Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini.
Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.
Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra berasal dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada abad ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa berdasarkan atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak mau berbhakti kepada Sriwijaya.
Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta pada prasasti Sojomerto.
Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuna.

Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka.
Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa.
Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām menjadi penganut agama Buddha Mahāyāna juga.
Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sañjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang.
Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang.
Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..).
Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ.
Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata Sansekerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna.
Jika demikian, kalau keluarga Śailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sanskrit di dalam prasasti-prasastinya.
Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra.
Berdasarkan paleografinya, prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi.
Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya.
Disebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna;
Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.
Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya.
Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi.
Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun.
Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi.
Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun.
Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.
Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna).
Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun.
Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi.
Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.

Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga Śailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya.
Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga).
Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya.
Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur.
Berita Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang disebut She-po (Jawa).
Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sebagai ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima).
Ratu ini memerintah dengan baik.
Mungkinkah ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra?
Apabila ya, maka diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dan seterusnya.

Era Kerajaan Medang
Kerajaan Medang diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2]
Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah.
Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra.
Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasettu.
Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.
Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa.
Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

Daftar raja-raja
Pendapat umum menyebutkan raja-raja Wangsa Sailendra adalah sebagai berikut,
1. Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri Wangsa Sailendra
2. Wisnu (775-782), Candi Borobudur mulai dibangun
3. Indra (782-812), menyerang dan mengalahkan Kerajaan Chenla (Kamboja), serta mendudukinya selama 12 tahun
4. Samaratungga (812-833), Candi Borobudur selesai dibangun
5. Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan, pangeran Wangsa Sanjaya
6. Balaputradewa (833-850), melarikan diri ke Sriwijaya setelah dikalahkan Rakai Pikatan
Akan tetapi, beberapa sejarawan tampaknya menolak urutan ini.
Misalnya, Slamet Muljana berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran.
Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada.
Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra.

Runtuhnya Wangsa Sailendra
Adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah.[rujukan?]
Untuk mengatasi ini, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya.[rujukan?] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani.[rujukan?]
Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya.
Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad.[rujukan?] Orang-orang Jawa yang menjadi pengikut Balaputradewa merasa tersingkir dan akhirnya bermigrasi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1]

http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sailendra

Relief dan cerita pada Candi


Relief

1. Relief Teratai
a. Jaman singosari
Arca dewa pada jaman ini biasanya diapit oleh dua relief pohon teratai yang tumbuh di kanan kiri kaki arca.
b. Jaman Majapahit
Pohon teratai tak lagi di ukir dikanan kiri kaki arca namun periuk.
c. Penampak teratai
Bunga teratai dalam relief candi berkembang menjadi tiga macam.
i. Putih : Kumuda
ii. Merah : Padma
iii. Biru : Utpala
Utpala di candi sering digambarkan dengan rangkaian bujur sangkar / belah ketupatdan menutupi bidang dinding bagaikan permadani “suksmoro”
2. Relief Kepala kala / banaspati / raksasa hutan/kala-makaraKepala kala pada candi Borobudur
a. Hiasan tidak dapat dihilangkan jika dihilangkan maka bangunan akan rusak hiasan dapat dilenyapkan tanpa merusak bangunan bentuk umum seorang raksasa yang melotot,hidung lebar dan terdapat taring pada kedua pihak, juga pada kedua pihak terkadang terdapat kuku yang besar dan berkaitang dengan makara, menurut stutterheim makara merupakan gambar buaya yang mukanya rusak. Menurut N.J Krom makara merupakan kepala gajah yang berbadan ikan .
Makara berbadan panjang dan berakir pada kala,yang terletak di atas pintu atau ceruk,relung.hiasan kala makara juga terdapat pada pinyu candi,pada torana atau pada jenjang naik candi.
b. di jawa tengah terpajang pada mabang diatas pintu relung, kepala kala dirangkai kan dengan makara menghiasi bagian kanan dan bawah pintu/ relung. Makara ialah mahluk semacam ikan yang mulutnya menganga sedang bibir atasnya melingkar keatas seperti belalai gajah yang diangkat,
c. terkadang kepala kala disamarkan menjadi hiasan daun-daun yang menjadi pola utama di dalam ukir-ukiran dan di rangkaikan oleh sulur-sulur yang melingkar menjadi sulur gelung yang di fungsikan sebagai pengisi lajur-lajur yang tegak lurus.
d. Banyak pula sulur yang digambarkan keluar dari sebuah jambangan dan melingkar meliku ke kanan dan kekiri yang mengisi bidang-bidang datar.
3. Antefix
Hiasan pada candi yang pada umumnya berbentuk segi tiga.
4. Perhiasan ornamentik
Hiasan yang merupakan perpaduan antara daun-daunan dan bunga-bungaan
5. Hiasan geometri
Hiasan ini berbentuk lingkaran-lingkaran segi-segi dan sebagainya.
6. Spiral
Garis ikal yang juga terbagi dalam dua jenis
a. Ikal biasa
b. Ikal mursal (recalcitrant)

Cerita Pada Candi

Relief pada Candi Borobudur.
a. Karmawibangga
Menggambarkan perbuatan manusia serta hukuman akibat dari perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia it. Relief ini di timbun di dalam kaki candi.
b. Lalitawistara
Terletak di tembok lorong utama menceritakan mengenai riwayat budha Gautama sejak lahir sampai dia mendapat Bodi
c. Gandawyuha
Menceritakan mengenai usaha Sudana mencari ilmu tertinggi terdapat pada lorong kedua dan seterusnya.
d. Jataka
2. Relief pada candi Prambanan
a. Ramayana
Relief terdapat pada langkan candi siwa dan diteruskan pada candi brahmana.
b. Krisnayana terdapat pada candi wisnu.
3. Candi Jago
a. Krisnayana
b. Parthayajna
c. Kunjarakarna
Raksasa yang memperoleh moksa
d. Arjuna wiwaha
4. Candi Penataran
Relief bubuksa dan gagang aking
Relief bubuksa dan gagang aking ini menceritakan tengtang dua orang tokoh bubuksa (berbadan gemuk) dan gagang aking (yang berbadan kurus) yang keduanya sedang melakukan bertapa, namun cara bertapa mereka tidaklah sama bubuksa bertapa dengan jalan makan banyak dan mengambil tempat diatas gunung,sedangkan gagang aking bertapa dengan jalan tidak makan dan tidak minum,berada dibawah gunung. suatu saat untuk menguji ke teguhan mereka dalam pertapa apakah mereka sudah mencapai darma atau belum, ada seorang dewa yang turun ke bumi menyamar sebagai harimau yang kelaparan yang hendak memakan keduanya, disini di ceritakan ketika harimau itu lapar dan hendak memakan gagang aking, gagang aking menjawab bahwa tubhnya tidaklah enak karena dia kurus, maka dia menyarankan kepada harimau lapar itu untuk memakan kawannya bubuksa yang tubuhnmya lebih gemuk. Sehingga harimau itu menemui bubuksa di atas gunung, sesampainya di hadapan bubuksa dan hendak memakan bubuksa bubuksa tidahklah mengelak atau takut untuk dimakan namun dia justru menyerahkan diri kepada harimau untuk di jadikan makanan. Dan dari kejadian iniu akirnya bubuksa mencapai ke nirwana lebih dahuli dari pada gagang aking ini terlihat dari gambar relief yang melihatkan gambar seorang gemuk yang naik harimau dan orang kurus yang hanya memegang ekor harimau menuju ke nirwana.
a. Ramayana
b. Krisnayana
c. Relief sritanjung
d. Sang styawan
5. Candi Surowono : Relief arjuna wiwaha.
6. Candi tigawangi : Relief sudamala
7. Candi sukuh : Relief Sudhamala
8. Candi kidal : Relief Garudeya
9. Candi mendut
a. Pada sisi tangga masuk candi cerita jataka
b. Ukiran hewan di bawah kaki terling candi mendut dstilir menggambarkan cerita jataka,mis burung dengan 2 kepala,buaya dengan kera,singa dengan tikus.

Macam tatahan pada Relief
1. Haut Relief/tatahan tinggi/high relief
Tatahan pada dinding yang timbul keluar lebih dari apa yang dipahat atau di ukir.
2. Bas Relief/tatahan rendah/if the figures or design project slightly.
Relif atau tatahan yang menonjol dari setengah relief kebalikan dari haut relief (menonjol kurang dari setegah)
3. Demi relief/tatahan setengah
Relief antara haut relief dan bas relief, tatahan menonjol setengah dari apa yang di lukiskan.(setengah masuk setengah keluar)
4. En crouse-relief/tatahan dalam
Tatahan tidak keluar dari bidang datar (gambar relief tidak timbul pada dinding)
5. A-jour-relief/tatahan tembus
Bidang dinding dipahat sehingga tembus.pelataranya merupakan bidang yang berlubang.(tembus berlubang)

Pembacaan relief
1. Pradaksina
Pembacaan relief memutar searah dengan jarum jam maka relief ini berhubungan dengan dewa yajna biasanya candi yang relief pembacaannya searah dengan jarum jam ini berfungsi sebagai candi pemujaan .
2. Prasawiya
Pembacaan relief memutar berlawanan dengan arah jarum jam candi yang memiliki relief ini biasanya berfungsi sebagai Pitrayajna sebagai pemujaan terhadap leluhur.

Hiasan lain pada candi

Prasasti

Di dalam Hindu kuno Prasasti di gunakan sebagai pengungkapan bahasa percakapan, juga sebagai mantra karena dianggap memiliki kekuatan yang magis. Terkadang prasasti juga menceritakan dan melukiskan keadaan penduduk pada jaman prasasti itu dibuat, juga menceritakan mengenahi bagaimana kekuasaan dan kebesaran raja pada saat prasasti itu di buat.meskipun pada jaman dahulu penduduk desa pada masa kerajaan itu yang dapat membaca dan menulis hanya beberapa orang saja namun hal tersebut tidaklah mengurangi dari fungsi prasasti dibuat, karena prasasti itu didirikan juga agar dibaca oleh orang lain daerah yang mampu membaca palawa, dengan dalih orang lain daerah akan tahu bagaimana kebesaran dan kekuatan raja di daeraj itu, sehingga terjadi mereka jera dan sungkan.
Jenis prasasti
1. Prasasti sebagai Sapata atau kutukan
2. Prasasti sebagai kakawin

http://gchandrakirana.blogspot.com/2011/07/rellief.html

Kamis, 04 Agustus 2011

STRUKTUR SOSIAL dan DIFERENSIASI SOSIAL


Sosiologi BAB I. STRUKTUR SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL
1. Pengertian dan ciri Struktur Sosiala. Pengertian Struktur Sosial :Struktur sosial adalah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, di dalam struktur sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku.
b. Pengertian struktur sosial menurut Ahli :
i. Coleman : Pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia
ii. Kornblum : Pola perilaku individu dan kelompok, yaitu perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
iii. Soerjono soekanto : sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan peranan-peranan social
c. Ciri-ciri Struktur Sosial :
i. struktur sosial mengacu pada hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan bentuk pada masyarakat
ii. struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu
iii. struktur sosial meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat
iv. struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memiliki kerangka yang membentuk suatu tatanan
v. struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian. Pertama di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris, kedua di dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian.
2. Fungsi Struktur SosialMenurut Mayor Polak ada 3 fungsi struktur social :
a. Sebagai pengawas social, yakni penekanan terhadap kemungkinan terjadi pelanggaran atas norma dan nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b. Sebagai dasar untuk menanamkan disiplin social kelompok atau masyarakat
c. Struktur social merupakan karakteristik yang khas dimiliki oleh masyarakat

3. Bentuk Struktur sociala. Dilihat dari sifatnya :
i. Struktur social Kaku : Struktur social merupakan bentuk struktur social yang tidak bisa diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat mengalami kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status/kedudukan
Struktur social luwes : Struktur social yang setiap anggotanya bebas bergerak melakukan perubahan status / kedudukannya
ii. Struktur social formal : Struktur social yang diakui oleh pihak berwenang, contoh lembaga pemerintahan tingkat kabupaten yang terdiri dari bupati, wakil bupati, sekwilda dsb.
iii. Struktur social informal : Struktur social yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak berwenang, contoh tokoh masyarakat yang disegani.

b. Dilihat dari identitas anggota masyarakatnya
i. Struktur social heterogen : Struktur social yang ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya
ii. Struktur social homogeny : Struktur social yang ditandai oleh keanggotaannya sama / sejenis
c. Dilihat dari ketidaksamaan social :
i. Diferensiasi Sosial ( Secara horizontal )
Secara horizontal merupakan struktur masyarakat dengan berbagai kesatuan social berdasarkan perbedaan perbedaan suku, agama, dan adat istiadat yang dikenal dengan istilah diferensiasi social
ii. Stratifikasi Sosial ( Secara vertikal )
Secara vertical merupakan struktus social yang ditandai oleh kesatuan kesatuan social berdasarkan perbedaan pelapisan social baik lapisan atas maupun lapisan bawah yang dikenal dengan istilah stratifikasi social

4. Faktor pembentuk ketidaksamaan sociala. Factor geografis : Perbedaan mata pencaharian, tradisi, letak geografis, iklim, suhu, dll.
b. Factor etnis
c. Kemampuan / potensi diri

5. Latar belakang socialMenurut pendapatan Peter M. Blau
i. Intersected social structuce :Struktur social yang keanggotaannya bersifat menyilang
ii. Consolidated social structure : Struktur social yang setiap anggotanya tumpang tinggi paramenter ( tolak ukur ), dan mengakibatkan penguat identitas keanggotaan

6. Unsur – unsur struktur social Menurut Soerjono Soekanto unsur – unsur social dalam struktur social meliputi :
a. Kelompok social
b. Kebudayaan
c. Lembaga social
d. Stratifikasi social
e. Kekuasaan dan wewenang


Diferensiasi Sosial
Pengertian Deferensiasi Sosial
Diferensiasi social adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu tingkatan (hirarki). Dengan kata lain diferensiasi social adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama.

Diferensiasi social dikenal juga dengan istilah kemajemukan – kemajemukan social ditandai dengan perbedaan-perbedaan sebagai berkut :
a. Berdasarkan ciri fisik
b. Berdasarkan ciri social
c. Berdasarkan ciri budaya

Bentuk – bentuk diferensiasi social :a. Diferensiasi Ras
b. Diferensiasi Etnis
c. Diferensiasi Agama
d. Diferensii Gender

a. Diferensiasi RasPengelompokan manusia berdasarkan ras merupakan pengelompokan manusia yang bersifat jasmaniah, berdasarkan pada cirri-ciri fisik, seperti warna kulit, rambut, serta bentuk-bentuk bagian wajah.
Dengan kata lain diferensiaisi ras adalah gelompokan masyarakat berdasarkan ciri – ciri fisiknya

Ras adalah Pengelompokan manusia yang didasarkan oleh ciri fisik termasuk cirri genotif.

Pembagian Ras di dunia menurut A.L Kroeber :
a. Ras Austroloid mencakup penduduk asli Australia
b. Ras Mongoloid mencakup Asiatic Mongoloid
c. Ras Kaukosoid mencakup Nordic, Mediteranian, dan India
d. Ras Negroid mencakup African, Negrito
e. Ras – Ras khusus mencakup Bushman, Veddcid, Polynesian, Ainu

b. Diferensiasi Etnis (Suku Bangsa)Diferensiasi etnis atau suku bangsa menunjukan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing.
Dengan kata lain diferensiasi etnis merupakan perbedaan manusia /penggolongan manusia berdasarkan cirri-ciri budaya , yang mencakup bahasa, kesenian, dan dapt istiadat. ( atas identitas dan kebudayaan )

Etnis adalah suatu kelompok golongan manusia yang terikat oleh kesadaran aktivitas akan kesatuan kebudayaannya sendiri.

c. Diferensiasi AgamaDiferensiasi social atas dasar agama terwujud dalam kenyataan social bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menaganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat.
Dengan kata lain diferensiais agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan kepercayaan /agama, mencakup Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, dan Buddha.

Menurut Emile Durkheim agama adalah sistem terpercaya yang terdiri atas kepercayaan yang berhubungan dengan hal- hal suci.
Agama berisi tentang :
a. Sesuatu yang dianggap sacral , melebihi kehidupan duniawi
b. Sekumpulan kepercayaan tentang hal yang dianggap sacral
c. Penegasan kepercayaan dengan melaksanakan ritual, yaitu aktifitas keagamaan
d. Sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama.

d. Diferensiasi GenderPada umumnya orang mengangap istilah gender sama dengan seks (jenis kelamin) , tetapi sesungguhnya tidaklah demikian.

Menurut William Ogburn , perbedaan secara seks adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, yaitu karakter primer, seperti alat kelamin, sedangkan perbedaan gender cara berperilaku pria dan wanita yang ditentukan oleh kebudayaan atau kodratnya dan kemudian menjadi bagian kepribadiannya.

• Pengertian Gender adalah pola perilaku seseorang yang dibentuk oleh kebudayaan/ kodrat

• Pengertian Peran Gender sebagai pembedaan jenis kelamin, pria dan wanita secara biologis pria memiliki kekuatan fisik yang melebihi wanita, sedangkan wanita memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan anak.

Pengaruh Diferensiasi Sosial1. Primodialisme, yaitu pandangan atau paham yang menunjukan sikap berpegang teguh padahal yang semula di bawa sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku, bangsa, ras, dan agama. ( Sejak Lahir )
2. Etnosentrisme, yaitu suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran – ukuran yang berlaku dimasyarakatnya
3. Sektarian, yaitu keadaan dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah organisasi masa, baik formal atau informal
4. Konsolidasi, merupakan usaha untuk memperkuat suatu hubungan

Sisi Positif Primodialisme : Mengikat / memperkuat suatu kelompok / golongan terutama menghadapi ancaman dari luar

Sisi Negatif Primodialisme : Membangkitkan permusuhan terhadap kelompok lain

Sisi Positif Etnosentrisme :
a. Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
b. Mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan pada bangsa
c. Memperteguh rasa cinta terhadap budaya dan bangsa
Sisi Negatif Entosantrisme : Mengakibatkan konflik social dan budaya

Diferensiasi sosial


Diferensiasi sosial adalah perbedaaan penduduk / warga masyarakat dalam golongan atau kelompok secara horizontal ( tidak bertingkat ).
Perwujudannya adalah penggolongan penduduk atas dasar perbedaan dalam hal yang tidak menunjukkan tingkatan ras, gender, etnis, dan agama.

Diferensiasi sosial menunjukkan adanya keanekaragaman dalam masyaraka. Suatu masyarakat yang terdiri atas berbagai unsur yang satu dengan yang lain.
Menunjukkan perbedaan tidak bertingkat (horizontal) disebut masyarakat majemuk. Dengan kata lain masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang ditandai dengan dianutnya system nilai oleh berbagai kesatuan sosial.

Konsepsi masyarakat majemuk dikemukakan pertama kali oleh J. S. Furnival, yaitu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas yang seacara cultural dan ekonomis terpisah - pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.
Secara garis besar, masyarakat majemuk dikategorikan menjadi empat kelompok.

a. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbangMerupakan kelompok masyarakat yang mempunyai kekuatan kompetitif
seimbang, baik antara masyarakat yang satu dan kelompok yang lain.

b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominanMerupakan suatu kelompok etnis mayoritas yang mendominasi persaingan
politik maupun ekonomi,sehingga posisi – posisi kelompok lain menjadi kecil.

c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominanMerupakan suatu kelompok etnis minoritas tertentu yang mempunyai
keunggulan kompetitif yang kuat, sehingga mendominasi kehidupan ekonomi
maupun kelompok masyarakat.

d. Masyarakat majemuk dengan fragmentarisMerupakan masyarakat yang terdiri dari atas sejumlah besar kelompko etnis
yang mempunyai jumlah kecil, sehingga tidak ada satu kelompok pun yang
mempunyai jumlah kecil, sehingga tidak ada satu kelompok pun yang
mempunyai posisi politik maupun ekonomi yang dominant.

Ciri – Ciri Diferensiasi Sosial
a. Perbedaan ciri – ciri fisikDiferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri – ciri fisik tertentu yang mendasari lahirnya pembagian ras, seperti bentuk kepala, bentuk badan, bentuk hidung, bentuk dan warna rambut, warna kulit, bentuk muka dan tulang rahang bawah, bentuk dan warna mata.

b. Perbedaan ciri – ciri sosialPerbedaan ini berkaitan dengan status dan peranan warga masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu, ditentukan pula oleh perbedaan mata pencaharian, presite, dan kekuasaan.

c. Perbedaan ciri –ciri budayaPerbedaan pada factor ini, berhubungan dengan adanya perbedaan pandangan hidup suatu masyarakat yang menyangkut pelaksanaan nilai, norma, system religi, system kekerabatan, bahasa yang dipakai, kesenian, etos kerja, teknologi, system kemasyarakatan, juga pakaian adat.

Terjadinya Diferensiasi Sosial
a. Ditentukan dari Tuhan Yang Maha Esa ( secara kodrati )
Misalnya : diferensiasi ras, suku bangsa, dan jenis kelamin.

b. Ditentukan oleh manusia sendiri untuk mencapai tujuan tertentu.
Misalnya : diferensiasi dalam hal pekerjaan.



Sumber : Buku Kresna / ( Penerbit Sinar Mandiri )

Interseksi dan Konsolidasi


Penggolongan masyarakat secara vertical ( stratifikasi / pelapisan sosial ) maupun secara horizontal ( diferensiasi sosial / kemajemukan ) tidaklah menggunakan dasar –dasar atau faktor – faktor yang tunggal atau terdiri sendiri tetapi bersifat kumulatif, sehingga sering terjadi interseksi ( persilangan ) dan konsolidasi ( tumpang – tindih ) keanggotaan masyarakat dalam berbagi kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.

Untuk memahami persoalan ini secara jelas lebih dahulu perlu disampaikan pengertian interseksi, konsolidasi, dan kelompok sosial.

1. Interseksi

Interseksi ( intersection ) dalam Kamus Inggris – Indonesia yang disusun oleh Hasan Shadily, antara lain diartikan sebagai titik potong atau pertemuan ( of two lines ) dapat pula disebut persilangan. Sedangkan istilah section ( seksi ) menurut Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto antara lain diartikan sebagai suatu golongan etnik dalam masyarakat yang masing – masing adalah seksi.
Dari uraian ini maka dapat dirumuskan bahwa interseksi merupakan persilangan atau pertemuan titik potong keanggotaan dari dua suku bangsa atau lebih dalam kelompok – kelompok sosial didalam suatu masyarakat yang majemuk.

2. Konsolidasi

Konsolidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartika sebagai perbuataan ( hal, dan sebagainya ) memperteguh atau memperkuat ( perhubungan, persatuan, dan sebagainya). Berdasarkan pengertian tersebut maka konsolidasi diartikan sebagai penguatan atau peneguhan keanggotaan anggota – anggota masyarakat dalam kelompok – kelompok sosial melaui tumpah – tindih keanggotaan.

3. Kelompok sosial

Kelompok sosial atau sosial group merupakan pengumpulan ( agregasi ) manusia yang teratur. Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan – kesatuan manusia yang menyangkut hubungan timbal – balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling menolong.

Kriteria yang sistematika tentang kelompok sosial ini dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, yaitu sebagi berikut.
a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal – balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.

Factor yang sama ini dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, idelogi
yang sama, musuh bersama, atau merupakn kelompok etnik ( suku bangsa ).
a. Kelompok tersebut mempunyai struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.
b. Memiliki suatu sistem dan proses tertenu.

Sumber : Buku Kresna / ( Penerbit Sinar Mandiri )

Kamis, 21 Juli 2011

Sejarah X Semester 1 : Satu lawan sekelas

Ini adalah permainan seperti dalam Kuis SATU LAWAN SERATUS di TV swasta,
tetapi dengan modifikasi untuk pembelajaran dengan peserta siswa satu kelas
Dalam pelaksanaannya, guru hanya sebagai pendamping.
Presenter diperankan oleh salah seorang siswa yang memiliki suara cukup lantang, yang akan dibantu oleh satu siswa sebagai pencatat nilai di papan tulis
SATU siswa dipilih untuk menjadi peserta, yang akan melawan teman2 sekelasnya
Keterangan :
Soal yang dibacakan oleh Presenter sudah diberi kunci jawabannya ( Cetak tebal )

1. Secara etimologis, sejarah berasal dari bahasa Arab yang berarti ………….
a. Tarikh
b. Pohon

2. Tafsiran tentang hubungan yang dianggap ada antara peristiwa satu dengan peristiwa lain, dalam bahasa Belanda dinamakan ………..
a. Komentaar
b. Kroniek

3. “Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia”
Pernyataan ini dikemukakan oleh ………………….
a. Herodotus
b. Plato

4. Warga dari bangsa Yunani yang dianggap sebagai the father of history adalah ………….
a. Plato
b. Herodotus

5. Yang menjadi obyek sejarah adalah ……….
a. Kejadian-kejadian di masa lalu
b. Peninggalan-peninggalan kuno

6. Kata sejarah dalam bahasa Inggris adalah History, yang artinya ………….
a. Waktu
b. Ilmu

7. Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah ……………
a. Auguste Comte
b. George Macauly Travelyan

8. Belajar sejarah adalah belajar masa lampau, yang dipelajari pada masa kini untuk masa depan, sehingga orang menjadi …………………….
a. Bijaksana
b. Kagum

9. Yang dimaksud dengan sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa masa lampau yang menimbulkan perubahan sebagai akibat dari ………………
a. Bencana alam
b. Ulah manusia

10. Tujuan dari konsep periodisasi dalam ilmu sejarah adalah …………….
a. Mengelompokkan peristiwa-peristiwa sejarah
b. Mempermudah pemahaman sejarah
11. Sejarah dapat menjadi penghubung antara generasi sekarang dengan generasi sebelumnya melalui ……
a. Kisah-kisahnya
b. Peninggalan-peninggalannya

12. Apabila kita membaca kisah sejarah, kita menjadi terpukau, berarti sejarah telah memberikan kita rasa ………..
a. Empati
b. Simpati

13. Sejarah mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia sebagai makluk sosial. Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar disebut ………
a. Evolusi
b. Revolusi

14. Ilmu bantu yang khusus mempelajari naskah-naskah kuno disebut …………
a. Epigrafi
b. Filologi

15. Daftar tahun dan peristiwa sejarah sebelum diteliti dan diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya disebut ……………
a. Kronik
b. Artefak

16. Dokumen naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 pada hakekatnya merupakan …………
a. Bukti sejarah
b. Fakta sejarah

17. Cara penentuan usia suatu benda peninggalan budaya berdasarkan lapisan tanah disebut ……
a. Stratigrafi
b. Tipologi

Selasa, 19 Juli 2011

Struktur Sosial, Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial


A. Pengertian Struktur Sosial

Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, dan lembaga sosial.
Struktur sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat, sebagaimana ruang geografi yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang geografi kita dapat mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita berada),
Perhatikan bagan berikut!
Apabila unsur nilai dan norma kita gunakan untuk mengetahui posisi atau alamat sosial kita, maka apakah kita termasuk orang kebanyakan (normal), orang yang dijadikan panutan (super ordinat), ataukah orang menyimpang (deviant). Apabila menggunakan status atau kelas, maka apakah kita berada pada kelas atas, menengah atau bawah. Di lembaga manakah kita beraktivitas? Pendidikan, keluarga, politik, ekonomi, hokum, ataukah agama.
Struktur sosial dan peluang hidup (life chance)
Struktur sosial identik dengan struktur peluang hidup (life chance), semakin tinggi posisi dalam struktur sosial, semakin baik peluang hidupnya.
Struktur sosial dan fakta sosial
Struktur sosial merupakan fakta sosial, yaitu cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berada diluar individu tetapi mengikat. Sehingga, kelas sosial tertentu identik dengan cara hidup tertentu. Kelas sosial bukanlah sekedar kumpulan dari orang-orang yang pendidikan atau penghasilannya relative sama, tetapi lebih merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki cara atau gaya hidup yang relative sama.

Jawablah:
(1) mengapa musik dangdut sering diidentikan dengan musiknya kelas bawah, sementara music klasik atau jazz diidentikkan dengan kelas atas?
(2) mengapa orang-orang kelas atas diidentikkan dengan orang-orang berdasi dan bersepatu?
(3) Mengapa kelas sosial tertentu juga identik dengan merk mobil, merk sepatu, merek parfum, merek baju tertentu, juga aktivitas mengisi waktu luang dan olahraga tertentu?

Paramater struktur sosial.
Terdapat dua macam parameter yang dapat digunaan untuk menganalisis struktur sosial, yaitu
(1) Parameter Graduated/berjenjang, meliputi antara lain: kekuasaan, keturunan/kasta, tingkat pendidikan, kekayaan, usia, dst., dan
(2) paramater Nominal/tidak berjenjang, meliputi antara lain: sukubangsa, ras, golongan/kelompok, jenis kelamin, agama, dan seterusnya.
Konfigurasi atau pemilahan struktur sosial berdasarkan parameter-parameter graduated disebut stratifikasi sosial (diferensiasi rank/tingkatan).
Sedangkan, konfigurasi atau pemilahan struktur sosial berdasarkan parameter nominal disebut diferensiasi sosial (diferensiasi fungsi, dan custom/adat).
Status, kedudukan, atau posisi individu atau kelompok dalam struktur sosial tidak bersifat statis atau tetap, melainkan dapat mengalami perubahan atau perpindahan. Perpindahan posisi dalam struktur sosial yang dialami oleh individu ataupun kelompok dalam struktur sosial disebut mobilitas sosial.

B. Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial merupakan pemilahan atau konfigurasi struktur sosial berdasarkan parameter-parameter yang sifatnya nominal atau tidak berjenjang. Hasilnya dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok atau golongan sosial.
1. Diferensiasi sosial berdasarkan ras.
Ras merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri fisik-biologis manusia dengan kecenderungan yang besar.

Ciri fisik :
Fenotipe (tampak luar):
1) Kualitatif: warna kulit, warna dan bentuk rambut, warna dan bentuk mata
2) Kuantitatif: tinggi dan berat badan, ukuran kepala, ukuran hidung, dll.

Genotype (tidak tampak luar): golongan darah
Manusia dari seluruh dunia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ras utama, yaitu kaukasoid, mongoloid, dan negroid.
Dalam prakteknya terdapat kesulitan penggolongan ras, antara lain karena:
1. ciri fisik yang tumpang tindih
2. terjadinya perkawinan campuran (amalgamasi).

2. Diferensiasi sosial berdasarkan sukubangsa/etnis
Sukubangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, yang sering dikuatkan dengan kesatuan bahasa.
Sukubangsa sering disamakan dengan kelompok etnik (ethnic Group). Namun, kelompok etnik tidak selalu berarti sukubangsa.
Misalnya kelompok etnik Tionghoa.
Disebut kelompok etnik apabila secara sosial telah mengembangkan SUBKULTUR-nya sendiri.

Lima ciri pengelompokan sukubangsa:

* Bahasa/dialek yang memelihara keakraban dan kebersamaan di antara warga sukubangsa
* Pola-pola sosial-kebudayaan (adat istiadat, cita-cita dan ideologi)
* Ikatan sebagai satu kelompok
* Kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli
* Perasaan keterikatan kelompok karena kekerabatan/genealogis dan kesadaran teritorial di antara warga sukubangsa

Untuk kepentingan administrasi dan politik, di masa orde baru dibedakan antara
(1) masyarakat sukubangsa,
(2) masyarakat terasing, dan
(3) keturunan asing.

Masyarakat sukubangsa adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, dan mampu berinteraksi dan komunikasi dengan dunia luarnya, masyarakat terasing adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, tetapi terisolasi atau mengalami keterbatasan hubungan dengan dunia luarnya, sedangkan keturunan asing memiliki daerah asal di luar wilayah Indonesia. Ada tiga keturunan asing yang menonjol, yaitu China, India dan Arab,

3. Diferensiasi sosial berdasarkan agama
Agama merupakan sistem terpadu terdiri atas keyakinan dan praktek, berhubungan dengan sesuatu yang dianggap sacred (suci/sakral) menyatukan pengikutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut umat.
Sesuatu yang sakral disebut TUHAN (God, Allah, Elia, Devon, Deva, Devi, dst.)
Diferensisasi agama merupakan diferensiasi customs.
Karena letak Indonesia di posisi silang, dalam masyarakatnya terdapat penganut dari lima agama besar dunia, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha.

4. Diferensiasi sosial berdasarkan profesi
Profesi merupakan pekerjaan yang untuk dapat melaksanakannya memerlukan keahlian. Misalnya: dosen, guru, dokter, jurnalis, artis, penyiar radio, penyiar televisi, ahli komputer, designer, politikus, perawat, birokrat, militer, pengusaha, pedagang, dan sebagainya. Dirensiasi profesi merupakan diferensiasi fungsi.

5. Diferensiasi sosial berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri fisik biologis yang tidak dapat dipertukarkan.
Gender merupakan pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri-ciri sosial dan budaya yang sebenarnya dapat dipertukarkan, karena diperoleh melalui proses belajar.
Misalnya perempuan bekerja di dalam rumah, dan laki-laki bekerja di luar rumah.
Maka, jenis kelamin (seks) merupakan pembedaan berdasarkan konstruksi biologis, sedangkan gender berdasarkan konstruksi sosial dan budaya, yang sering dikuatkan oleh ajaran agama.

C. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial menggunakan parameter graduated/berjenjang. Hasilnya adalah dalam masyarakat terdapat kelas-kelas sosial.
Kriteria yang digunakan dapat berupa kriteria (1) sosial, (2) ekonomi, dan (3) politik.
Kriteria sosial meliputi: pendidikan, profesi atau pekerjaan, dan keturunan atau keanggotaan dalam kasta dan kebangsawanan. Kriteria ekonomi meliputi pendapatan/penghasilan dan pemilikan/kekayaan. Kriteria politik meliputi kekuasaan.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Menurut Weber, para anggota masyarakat dapat dipilah secara vertikal berdasarkan atas ukuran-ukuran kehormatan, sehingga ada orang-orang yang dihormati dan disegani dan orang-orang yang dianggap biasa-biasa saja, atau orang kebanyakan, atau bahkan orang-orang yang dianggap hina. Orang-orang yang dihormati atau disegani pada umumnya adalah mereka yang memiliki jabatan atau profesi tertentu, keturunan bangsawan atau orang-orang terhormat, atau berpendidikan tinggi.
Ukuran-ukuran penempatan anggota masyarakat dalam stratifikasi sosial yang dapat dikategorikan sebagai kriteria sosial antara lain,
1. profesi
2. pekerjaan
3. tingkat pendidikan
4. keturunan
5. kasta.

1. Profesi
Yang dimaksud profesi adalah pekerjaan-pekerjaan yang untuk dapat melaksanakannya memerlukan keahlian, misalnya dokter, guru, wartawan, seniman, pengacara, jaksa, hakim, dan sebagainya. Orang-orang yang menyandang profesi-profesi tersebut disebut kelas profesional.
Di samping kelas profesional, dalam masyarakat terdapat juga kelas-kelas tenaga terampil dan tidak terampil, yang pada umumnya ditempatkan pada posisi yang lebih rendah dalam stratifikasi sosial masyarakat.
2. Pekerjaan.
Berdasarkan tingkat prestise atau gengsinya, pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi:
1. pekerjaan kerah putih (white collar)
2. pekerjaan kerah biru (blue collar).
Pekerjaan kerah putih merupakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih menuntut penggunaan pikiran atau daya intelektual,
sedangkan pekerjaan-pekerjaan kerah biru lebih menuntut penggunaan energi atau kekuatan fisik.
Pada umumnya anggota masyarakat lebih memberikan penghargaan atau gengsi yang lebih tinggi pada pekerjaan-pekerjaan kerah putih. Walaupun, tidak selalu bahwa pekerjaan kerah putih memberikan dampak ekonomi atau finansial yang lebih besar daripada pekerjaan kerah biru.

3. Pendidikan
Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah dianggap sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan tinggi akan menempati posisi dalam stratifikasi sosial yang lebih tinggi. Sehingga tamatan S-3 dipandang lebih tinggi kedudukannya daripada tamatan S2, S1, SMA/SMK, SMP, SD, dan mereka yang tidak pernah sekolah.

4. Keturunan
Keturunan raja atau bangsawan dalam masyarakat dipandang memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan, pada masyarakat feodal, hampir tidak ada pengakuan terhadap simbol-simbol yang berasal dari luar istana, termasuk tata kota, arsitektur, pemilihan hari-hari penting, pakaian, seni, dan sebagainya. Penempatan orang dalam posisi-posisi penting dalam masyarakat akan selalu mempertimbangkan faktor keturunan, dan keaslian keturunan dipandang sangat penting.

5. Kasta
Kasta merupakan pemilahan anggota masyarakat yang dikenal pada masyarakat Hinduisme. Masyarakat dipilah menjadi kasta-kasta, seperti: Brahmana, Ksatria, Weisyia, dan Sudra. Kemudian ada orang-orang yang karena tindakannya dihukum dikeluarkan dari kasta, digolongkan menjadi paria.
Sebagian besar orang menganggap pemilahan dalam kasta bersifat graduated atau berjenjang, mengingat orang-orang yang berasal dari kasta yang berbeda akan memiliki gengsi ( prestige) dan hak-hak istimewa (privelege) yang berbeda. Namun, tokoh-tokoh Hinduisme menyatakan bahwa kasta bukanlah pemilahan vertikal, melainkan hanyalah merupakan catur warna.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Kriteria ekonomi yang digunakan sebagai dasar stratifikasi sosial dapat meliputi penghasilan dan pemilikan atau kekayaan.
Apabila dipilah menggunakan kriteria ekonomi, maka masyarakat akan terdiri atas

* Kelas atas, yaitu orang-orang yang karena penghasilan atau kekayaannya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
* Kelas menengah, yaitu orang-orang yang karena penghasilan dan kekayaannya dapat leluasa memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi tidak leluasa untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya
* Kelas bawah, yaitu orang-orang yang dengan sumberdaya ekonominya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup mendasarnyanya, tetapi tidak leluasa, atau bahkan tidak mampu untuk itu.

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Ukuran yang digunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi atau kriteria politik adalah distribusi kekuasaan. Kekuasaan (power) berbeda dengan kewenangan (otoritas). Seseorang yang berkuasa tidak selalu memiliki kewenangan.
Yang dimaksud kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat, termasuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif. Sedangkan wewenang adalah hak untuk berkuasa. Apa yang terjadi apabila orang mempunyai wewenang tetapi tidak memiliki kekuasaan? Mana yang lebih efektif, orang mempunyai kekuasaan saja, atau wewenang saja?
Meskipun seseorang memiliki hak untuk berkuasa, artinya ia memiliki wewenang, tetapi kalau dalam dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, maka ia tidak akan dapat melaksanakan hak itu dengan baik. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kemampuan mempengaruhi pihak lain, meskipun ia tidak punya wewenang untuk itu, pengaruh itu dapat berjalan secara efektif. Untuk lebih memahami hal ini, dapat diperhatikan pengaruh tokoh masyarakat, seperti seorang tokoh agama atau orang yang dituakan dalam masyarakat.
Sudah beradab-abad menjadi pemikiran dalam dalil politik, bahwa kekuasaan dalam masyarakat selalu terdistribusikan tidak merata. Gaetano Mosca (1939) menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk: satu kelas yang menguasai dan satu kelas yang dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama itu.

Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, dan Robert Michels memberikan pengertian bahwa beberapa asas umum yang menjadi dasar bagi terbentuknya stratifikasi sosial, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan politik, adalah:
1. Kekuasaan politik tidak dapat didistribusikan secara merata
2. Orang-orang dikategorikan ke dalam dua kelompok: yang memegang kekuasaan dan yang tidak memilikinya
3. Secara internal, elite itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok
4. Keanggotaan dalam elite berasal dari lapisan yang sangat terbatas
5.Kelompok elite pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapa pun di luar kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya
Di dalam masyatakat yang demokratis, pembagian dikotomis antara yang berkuasa dan tidak berkuasa tidak sesederhana yang dikemukakan Mosca dan kawan-kawannya. Biarpun kelas berkuasa jumlah orangnya selalu lebih sedikit, tetapi pada umumnya distribusi kekuasaan lebih terfragmentasi ke berbagai kelompok-kelompok. Dalam masyarakat yang demokratis, kelompok elite tidak memiliki otonomi sebagaimana pada masyarakat diktator. Kekuasaan elite dalam masyarakat demokratis selalu dapat dikontrol oleh kelompok-kelompok yang ada di luar kelompok elite, dan jumlahnya lebih dari satu.
Dominasi
Dominasi merupakan kekuasaan yang nyaris tidak dapat ditolak oleh siapapun. Kekuasaan yang sifatnya hampir multlak.

Kekuasaan dalam masyarakat berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. kekuasaan tradisional
2. kekuasaan kharismatik
3. kekuasaan legal-rasional.
Kekuasasan tradisional adalah kekuasaan yang sumbernya berasal dari tradisi masyarakat, misalnya raja. Kekuasaan kharismatik bersumber dari kewibawaan atau kualitas diri seseorang, dan kekuasaan legal rasional bersumber dari adanya wewenang yang didasarkan pada pembagian kekuasaan dalam birokrasi, misalnya pemerintahan.

Mengapa dominasi?
Dominasi dapat terjadi karena unsur-unsur kekuasaan seperti kharisma, tradisi dan legal rasional dimiliki oleh seseorang. Dalam batas-batas tertentu, Sultan Yogyakarta memiliki ketiga unsur kekuasaan tersebut.
Status sosial
Unsur penting dalam stratifikasi sosial adalah status. Apakah status? Status adalah Posisi atau kedudukan atau tempat seseorang atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat atau pola hubungan sosial tertentu.
Status seseorang dapat diperoleh sejak kelahirannya (ascribed status), diberikan karena jasa-jasanya (assigned status), atau karena prestasi dan perjuangannya (achived status). Masyarakat modern lebih menghargai status-status yang diperoleh melalui prestasi atau perjuangan, masyarakat feudal lebih menghargai status yang diperoleh sejak lahir.
Apakah kelas sosial?

* Segolongan orang yang menyandang status relatif sama
* Memiliki cara hidup tertentu
* Sadar akan privelege (hak istimewa) tertentu, dan
* memiliki prestige (gengsi kemasyarakatan) tertentu

Apakah simbol status?

* Simbol “sesuatu” yang oleh penggunanya diberi makna tertentu
* Ciri-ciri/tanda-tanda yang melekat pada diri seseorang atau kelompok yang secara relatif dapat menunjukkan statusnya
* Antara lain: cara berpakaian,cara berbicara, cara belanja, desain rumah, cara mengisi waktu luang, keikutsertaan dalam organisasi, tempat tinggal,cara berbicara, perlengkapan hidup, akses informasi, dst.

Konsekuensi perbedaan status dalam pelapisan sosial masyarakat?


* Cara hidup (cara berfikir, berperasaan dan bertindak) yang berbeda: sikap politik, kepedulian sosial, keterlibatan dalam kelompok sosial, dst.). Ingat: PS = f(S + K), bahwa perilaku sosial pada dasarnya merupakan fungsi dari struktur sosial dan kebudayaan. Jawablah: mengapa seorang individu menyebut orangtuanya sebagai mama dan papa, bukan ayah dan ibu, bukan bapak dan ibu, atau bapak dan simbok?
* Prestige (gengsi/kehormatan sosial) yang berbeda
* Privilege (hak istimewa) yang berbeda
* PELUANG HIDUP YANG BERBEDA

D. Konflik Sosial

Konflik sosial merupakan salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
Sumber konflik:

1. Perbedaan kepentingan
2. Perbedaan individual
3. Perbedaan kebudayaan
4. Perubahan sosial

Macam-macam konflik

1. Individu atau kelompok (berdasarkan pelakunya perorangan atau kelompok)
2. Horizontal atau vertical (berdasarkan status pihak-pihak yang terlibat, sejajar atau bertingkat)

Konflik horizontal = antar-etnis, antar-agama, antar-aliran, dll.
Konflik vertical = antara buruh dengan majikan, pemberontakan atau gerakan separatis/makar terhadap kekuasaan negara

1. Ideologis atau politis (berdasarkan tingkat konflik, apabila sebatas pemikiran/ideologi, disebut konflik tingkat ideologis (misalnya pertentangan ideology antara santri denan abangan dan priyayi), apabila sampai muncul di tingkat tindakan disebut tingkat politis (misalnya: riot/kerusuhan, demonstrasi, pemberontakan, makar, dan sebagainya)
2. Konflik terbuka, konflik laten dan konflik permukaan

Penjelasan:

* TANPA KONFLIK: dalam kesan umum adalah lebih baik, namun setiap masyarakat atau kelompok yang hidup damai, jika ingin keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup bersemangat dan dinamis. Memanfaatkan konflik perilaku dan tujuan, serta mengelola konflik secara kreatif.
* KONFLIK LATEN: sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar dapat ditangani secara effektif
* KONFLIK TERBUKA: berakar dalam, dan sangat nyata. à memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.
* KONFLIK DI PERMUKAAN: memiliki akar yang dangkal/tidak memiliki akar, muncul hanya karena kesalah fahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi

E. Mobilitas Sosial

Pengertian Mobilitas Sosial
Istilah mobilitas (Ing: mobility) berasal dari kata mobilis (Latin) yang artinya bergerak atau berpindah. Meskipun demikian mobilitas sosial tidak sama dengan gerakan sosial.
Yang dimaksud gerakan sosial (social movement) suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelas atau golongan sosial untuk memperoleh tujuan-tujuan yang diinginkan.
Mobilitas sosial merupakan perubahan posisi atau kedudukan orang atau kelompok orang dalam struktur sosial, misalnya dari satu lapisan ke lapisan lain yang lebih atas ataupun lebih bawah, atau dari satu kelompok/golongan ke kelompok/golongan lain.
Struktur sosial
Sebagaimana disebut di bagian awal ringkasan materi ini, struktur sosial merupakan salah satu konsep paling esensial dalam sosiologi. Struktur sosial berkaitan dengan posisi-posisi individu atau kelompok dalam masyarakat. Kalau dalam ruang geografi seseorang atau sekelompok orang memiliki lokasi/tempat tinggal atau dalam bahasa yang lebih populer ”alamat”, maka dalam ruang sosial seseorang juga memiliki ”lokasi”, ”tempat”, atau ”alamat”. Anda dan keluarga Anda memiliki posisi tertentu dalam struktur sosial, posisi itu sering disebut sebagai status atau kedudukan sosial. SMA di mana Anda sekarang ini bersekolah juga memiliki posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

Bagaimana mengetahui posisi kita? Sama dengan ruang geografik, ruang sosial juga memiliki dimensi horizontal dan vertikal.
Di ruang geografik seseorang memiliki alamat ”Jl. Sultan Agung Nomor 8 Lantai 7”, maka di ruang sosial seseorang dapat memiliki alamat ”orang tua atau muda, beragama Islam, Kristen-Protestan, Kristen-Katholik, Hindu, atau Budha, bekerja sebagai petani, pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, atau bekerja di sektor nonformal perkotaan, miskin, setengah kaya, atau kaya raya, berbudi bekerti luhur dan berhati mulia atau dikenal sebagai penjahat, pengikut setia Bung Karno, Bung Hatta, Gus Dur, Amien Rais, atau yang lain, dan seterusnya.

Dalam ruang imaginer ”struktur sosial”, setiap orang punya tempat tinggal, dan sama dengan di ruang geografi, tempat tinggal itu dapat berubah-ubah. Orang dan sekelompok orang dapat bermigrasi dalam ruang geografi, dari Jawa ke Sumatra, atau sebaliknya. Maka, dalam ruang sosial, orang atau sekelompok orang dapat mengalami ”mobilitas sosial”, dari orang kaya menjadi orang miskin, atau sebaliknya, dari orang miskin menjadi orang kaya. Dari pemimpin menjadi orang biasa. Dari orang baik menjadi orang jahat, atau sebaliknya dari orang jahat menjadi orang baik.

Macam-macam Mobilitas sosial
Di samping manusia hidup dan bergerak dalam sebuah ruang geografik, manusia juga hidup dalam sebuah ruang yang unik, yaitu struktur sosial yang di dalamnya terdapat pemilahan-pemilahan vertikal maupun horizontal. Sehingga, di samping manusia dapat berpindah dari satu ruang geografik (wilayah) ke ruang geografik yang lain, dalam sebuah ruang sosial yang unik tadi, manusia juga dapat berpindah dari satu strata atau kelas sosial ke strata atau kelas sosial yang lain, ataupun dari satu golongan ke golongan yang lain.

Mobilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
1. Mobilitas geografik, yakni perpindahan orang dari satu tempat/daerah ke tempat/daerah yang lain
2. Mobilitas sosial, yakni perpindahan posisi dari suatu kelas sosial atau kelompok sosial ke kelas sosial atau kelompok sosial yang lain.

Berdasarkan arah perpindahan, mobilitas sosial dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Mobilitas sosial horizontal, yakni perpindahan posisi individu atau kelompok individu dari satu kelompok atau golongan sosial ke kelompok atau golongan sosial lain yang sederajat
2. Mobilitas sosial vertikal, yaitu perpindahan posisi atau kedudukan individu atau kelompok individu dari satu strata sosial ke strata sosial lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.

Mobilitas sosial vertikal dapat dibedakan menjadi:
1. Mobilitas sosial vertikal naik (social climbing), dapat berupa:

* masuknya individu dari kedudukan rendah ke kedudukan tinggi
* pembentukan kelompok baru yang derajatnya lebih tinggi

2. Mobilitas sosial vertikal turun (social sinking), dapat berupa:

* turunnya individu dari kedudukan yang lebih tinggi ke kedudukan yang lebih rendah
* turunnya derajat sekelompok individu karena disintegrasi kelompok (sering disebut sebagai dislokasi sosial)

3. Mobilitas sosial antar-generasi, yang dimaksud adalah mobilitas yang terjadi pada generasi yang berbeda, misalnya:

* orang tua berkedudukan sebagai petani atau buruh, anak-anaknya menjadi pengajar di perguruan tinggi atau majikan. Contoh mobilitas dalam bentuknya yang demikian banyak terjadi di daerah-daerah yang mengalami industrialisasi. Banyak orang yang akhirnya meninggalkan pekerjaan sebagai petani atau pekerjaan agraris yang lain sebagaimana yang ditekuni oleh para orangtua mereka karena tertarik untuk bekerja di pabrik-pabrik/industri.
* Atau sebaliknya, orang tuanya sebagai majikan atau pejabat negara, sedangkan anak-anaknya menjadi buruh atau pegawai biasa di instansi pemerintah.

Di samping dua macam mobilitas di atas, sering pula dijumpai istilah mobilitas mental, yang artinya perubahan sikap dan perilaku individu atau sekelompok individu karena didorong oleh rasa ingin tahu, tuntutan penyesuaian diri, hasrat meraih prestasi, dan sebagainya. Sedangkan faktor penghambatnya dapat berupa sikap malas dan kepasrahan terhadap nasib maupun isolasi sosial.
Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat mobilitas social
Menurut berbagai pengamatan terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, antara lain:

* Status sosial

Ketidakpuasan seseorang atas status yang diwariskan oleh orangtuanya, karena orang pada dasarnya tidak dapat memilih oleh siapa ia dilahirkan, dapat menjadi dorongan untuk berupaya keras memperoleh status atau kedudukan yang lebih baik dari status atau kedudukan orangtuanya.

* Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, misalnya yang dialami oleh masyarakat di daerah minus, mendorong mereka untuk berurbanisasi ke kota-kota besar dengan harapan memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik.

* Situasi politik

Situasi politik yang tidak menentu, biasanya juga berakibat pada jaminan keamanan yang juga tidak menentu, dapat mendorong orang untuk meninggalkan tempat itu menuju ke tempat lain.

* Motif-motif keagamaan

Mobilitas sosial yang didorong oleh motif keagamaan tampak pada peristiwa orang berhaji. Orang yang melakukan ibadah haji lazim disebut naik haji. Istilah “naik” jelas menunjuk adanya peristiwa mobilitas sosial, bahwa status orang tersebut akan menjadi berbeda antara sebelum dan sesudah menjalankan ibadah haji. Demikian juga fenomena-fenomena dalam kehidupan agama yang lain, misalnya yang dilakukan oleh kaum misionaris atau zending.

* Faktor kependudukan/demografi

Bertambahnya jumlah dan kepadatan penduduk yang berimplikasi pada sempitnya permukiman, kualitas lingkungan yang buruk, kesempatan kerja yang menyempit, kemiskinan, dan sebagainya, dapat mendorong orang untuk melakukan migrasi ke tempat lain.

* Keinginan melihat daerah lain

Hal ini tampak pada fenomena tourisme, orang mengunjungi daerah atau tempat tertentu dengan tujuan sekedar melihat sehingga menambah pengalaman atau bersifat rekreasional.
Di samping faktor-faktor yang mendorong ada pula faktor-faktor yang menghambat mobilitas sosial, misalnya:

1. Perangkap kemiskinan
2. Diskriminasi gender, ras, agama, kelas sosial
3. Subkultur kelas sosial, misalnya apa yang oleh Oscar Lewis disebut sebagai the culture of poverty, ataupun rendahnya hasrat meraih prestasi, yang oleh David McClelland disebut sebagai need for achievement (n-Ach).

Prinsip-prinsip Mobilitas Sosial

1. Hampir tidak terdapat masyarakat yang sistem pelapisan sosialnya secara mutlak tertutup, sehingga mobilitas sosial – meskipun terbatas – tetap akan dijumpai pada setiap masyarakat
2. Sekalipun suatu masyarakat menganut sistem pelapisan sosial yang terbuka, namun mobilitas sosial tidak dapat dilakukan sebebas-bebasnya
3. Tidak ada mobilitas sosial yang umum berlaku bagi semua masyarakat; artinya setiap masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri dalam hubungannya dengan mobilitas sosial
4. Laju mobilitas sosial yang disebabkan faktor-faktor ekonomi, politik maupun pekerjaan tidaklah sama
5. Tidak ada kecenderungan yang kontinyu mengenai bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial

Saluran-saluran Mobilitas Sosial
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran yang disebut social circulation sebagai berikut:

1. Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh sebuah rezim militer atau dalam keadaan perang
2. Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang karena reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat nasional
3. Lembaga pendidikan; sekolah sering merupakan saluran yang paling konkrit untuk mobilitas sosial, sehingga disebut sosial elevator yang utama. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil diraih seseorang semakin terbuka peluangnya untuk menempati posisi atau kedudukan tinggi dalam struktur sosial masyarakatnya.
4. Organisasi politik, ekonomi dan keahlian (profesi); seorang tokoh organisasi politik yang pandai beragitasi, berorganisasi, memiliki kepribadian yang menarik, penyalur aspirasi yang baik, akan lebih terbuka peluangnya memperoleh posisi yang tinggi dalam masyarakat.
5. Perkawinan; melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas bangsawan. Status sosial seseorang yang bersuami/beristerikan orang ternama atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh penghargaan-penghargaan yang tinggi dari masyarakat.

Konsekuensi Mobilitas Sosial
Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif. Apakah konsekuensi tersebut positif atau negatif ditentukan oleh kemampuan individu atau kelompok individu menyesuaikan dirinya terhadap “situasi” baru: kelompok baru, orang baru, cara hidup baru.
Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hsl posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:

* mengalami kepuasan, kebahagiaan dan kebanggaan.
* Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau kelompok individu untuk lebih maju.
* Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemajuan sehingga dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan.

Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1. Konflik antar-kelas
Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik antara majikan dengan buruh yang menghendaki kenaikan upah.

2. Konflik antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas, agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena perebutan peluang mobiitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.

3. Konflik antar-individu

Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.

4. Konflik antar-generasi

Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya, timbul ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua maupun anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya sebagai generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir, berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi anak-anaknya.

5. Konflik status dan konflik peran

Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang baru.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan menimbulkan konflik status dan konflik peran.
Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh seseorang karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status yang disandang oleh seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya.
Post Power Syndrome merupakan bentuk konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi.