Rabu, 24 Agustus 2011
Dunia Artifisial Televisi
Adakah yang tidak artifisial pada acara hiburan televisi? Rasanya tidak ada sebab penonton acara musik, peserta kuis, dan pemain reality show sebagian besar adalah orang bayaran.
Kamis (22/10) pukul 08.00 di pelataran Gedung TransTV. Sekitar 150 anak muda dengan pakaian meniru gaya artis berkerumun di depan panggung musik Derings (TransTV). Posisi mereka ditata sedemikian rupa agar indah jika dibidik kamera dari berbagai sudut.
Setiap musik mengentak, mereka sontak berjingkrak. Tanpa komando, mereka langsung lincah. Kehadiran mereka membuat siaran langsung program Derings pagi itu menjadi hidup.
Siapa sebenarnya mereka? Mereka adalah penonton bayaran yang biasa ”berkeliaran” di sejumlah studio televisi swasta. Indra, misalnya, Kamis pagi, ”tampil” di acara Derings. Sore hari dia ada di TPI ikut dalam pengambilan gambar kontes bintang Starbuzz. Di acara itu dia tidak tampil sebagai penonton yang lincah bergoyang, melainkan juri yang ceriwis.
Begitu pula Cicin (20). Rabu pagi, dia ada di acara Derings, siang di Missing Lyrics (TransTV), dan sore di acara Mantap (ANTV). Malam hari jika diminta, dia bisa nongkrong di studio televisi mana pun.
”Sehari saya bisa ngumpulkan uang Rp 100.000 dari tiga acara. Sebulan penghasilan bersih saya Rp 2,5 juta,” kata Cicin yang tinggal di Pekayon, Bekasi.
Orang-orang seperti Cicin dan Indra jumlahnya ribuan. Mereka dikoordinasi para penyalur penonton bayaran, di antaranya Elly Suhari (38) yang akrab disapa Mpok Elly.
Ia mengaku setiap hari menggerakkan 500 penonton bayaran ke 6-8 acara televisi. ”Saya tinggal telepon koordinator lapangan, mereka membagi-bagi ’pasukan’ ke studio yang membutuhkan,” kata Mpok Elly yang wajahnya sering muncul di televisi sebagai penonton, peserta kuis, dan pendukung acara komedi.
Elly memiliki 10 koordinator lapangan di Jabodetabek. Merekalah yang bertugas menjaring orang-orang yang ingin menjadi penonton bayaran. ”Dulu susah mencari penonton, sekarang mereka antre mendaftar. Sebagian ingin masuk TV dan mencari jalan jadi artis. Sebagian lagi cari makan,” kata Elly yang terjun sebagai penyalur penonton sejak 2007.
Siapa pun yang mendaftar tidak dia tolak. ”Yang penting, orangnya mau diatur, lincah, dan ramai,” katanya.
Harsono Wahyudi, penyalur penonton lainnya, juga tidak memilih-milih orang yang ingin menjadi penonton bayaran.
”Saya hanya menegaskan kepada mereka bahwa nonton itu kerja, tepuk tangan kerja, dan tidak bergoyang di acara musik itu ’dosa’,” ujar Harsono. Ia terjun ke bisnis ini sejak 2005. Dalam sehari dia menggerakkan 300 orang ke sejumlah acara, antara lain Dahsyat (RCTI) dan Opera Van Java (Trans7).
Calon penonton yang telah direkrut, kata Elly, biasanya diklasifikasikan berdasarkan usia, profesi, dan tampang. Hal ini dia lakukan sebab tiap acara membutuhkan karakter penonton yang berbeda.
Elly bercerita, suatu ketika dia diminta mendatangkan penonton berwajah petani untuk acara penyuluhan pertanian. ”Saya pikir, kok permintaannya aneh. Untung ada anak buah saya yang wajahnya seperti petani, ha-ha-ha....”
Harsono juga pernah mendapat permintaan aneh. ”Ada stasiun televisi yang minta dicarikan penonton bertubuh cebol. Pernah juga diminta mencari orang yang wajahnya gampang dirias seperti kuntilanak.
Apa pun permintaan stasiun televisi, agen penonton bayaran selalu berusaha memenuhi. Maklum, putaran uang dari bisnis ini cukup menggiurkan. Elly mengatakan, sebulan dia bisa mengantongi keuntungan Rp 35 juta, sementara Harsono rata- rata Rp 10 juta.
Bagian pertunjukan
Mengapa televisi perlu penonton bayaran? Kepala Divisi PR Marketing TransTV Hadiansyah menjelaskan, penonton sesungguhnya bagian dari pertunjukan. ”Jadi, mereka harus ada. Tanpa penonton, sebuah acara musik, misalnya, tidak akan meriah,” ujarnya, Rabu.
Stasiun televisi, lanjutnya, tak bisa mengandalkan penonton sukarela sebab mereka sulit diatur. ”Kalau penonton profesional, mereka sudah tahu benar tugasnya.”
GM Programming TPI Endah Hari Utari mengatakan hal senada. ”Kalau tidak ada penonton, pengisi acara juga tidak akan tampil maksimal. Acara jadi tidak hidup,” katanya, Kamis.
Persoalannya, mencari penonton yang sukarela datang ke studio sekarang tergolong sulit, apalagi banyak acara yang proses pembuatannya pagi atau tengah malam. Itulah mengapa semua stasiun TV mendatangkan penonton bayaran.
TransTV, kata Hadiansyah, menggunakan jasa penonton yang disalurkan delapan agen. ”Itu kami lakukan agar penontonnya tidak itu-itu saja.”
Begitulah, dunia hiburan TV memang serba artifisial atau buatan. Fenomena penonton bayaran hanyalah salah satunya. Kalau mau jujur, tepuk tangan di acara talk show, kemeriahan di acara variety show, tangis dan tawa di acara kuis, bahkan drama di acara reality show yang mengangkat urusan pribadi, sebagian besar juga hasil rekayasa.
Ironisnya, sebagian besar pemirsa percaya bahwa apa yang ditampilkan televisi adalah realitas sungguhan, apalagi jika nama acaranya diimbuhi ”merek” reality show.
http://cetak.kompas.com/read/2009/10/25/03575442/dunia.artifisial.televisi
Selasa, 23 Agustus 2011
Sejarah Istana Tampaksiring
Nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang bermakna 'telapak ') dan siring (yang bermakna 'miring').
Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak kaki seorang Raja yang bernama Mayadenawa.
Raja ini pandai dan sakti, tetapi bersifat angkara murka.
Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya.
Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan balatentaranya untuk menghacurkannya.
Namun, Mayadenawa berlari masuk hutan.
Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya.
Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejak Mayadenawa.
Usaha Mayadenawa gagal.
Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya.
Namun, sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air ciptannya itu.
Batara Indra pun menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut.
Air Penawar racun itu diberi nama Tirta Empul (yang bermakna 'airsuci').
Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa denagn berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring.
Menurut riwayatnya, disalah satu sudut kawasan Istana Tampaksiring, menghadap kolam Tirta Empul di kaki bukit, dulu pernah ada bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar.
Di atas lahan itulah sekarang berdiri Wisma Merdeka , yaitu bagian dari Istana Tampaksiring yang pertama kali dibangun.
Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Presiden I Republik Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan Indonesia.
Pembangunan istana dimulai tahun 1957 hingga tahun 1960.
Namun, dalam rangka menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambahkan bangunan baru berikut fasilitas - fasilitasnya, yaitu gedung untuk Konferensi dan untuk resepsi.
Selain itu, istana juga merenovasi Balai Wantilan sebagai gedung pagelaran kesenian.
Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara bertahap. Arsiteknya ialah R.M Soedarsono.
Yang pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira, yakni pada tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun 1958, dan semua bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Oktober 2003,
Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi beserta fasilitas-fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan.
Kini Tampaksiring juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Kori Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.
Sejak dirancangnya / direncanakan, pembangunan Istana Kepresidenan Tampaksiring difungsikan untuk tempat peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga dan bagi tamu-tamu negara.
Usai pembangunan istana ini, yang pertama berkunjung dan bermalam di istana adalah pemrakarsanya, yaitu Presiden Soekarno.
Tamu Negara yang bertama kali menginap di istana ini ialah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, yang berkunjung ke Indonesia bersama permaisurinya, Ratu Sirikit (pada tahun 1957).
Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan Tampaksiring, antara lain adalah
1. Presiden Ne Win dari Birma ( sekarang Myanmar),
2. Presiden Tito dari Yugoslavia,
3. Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam,
4. Perdana Menteri Nehru dari India,
5. Perdana Menteri Khruchev dari Uni Soviet,
6. Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan
7. Kaisar Hirihito dari Jepang.
(bb.com/presidenri.go.id/berbagai sumber)
http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/gyr/detail/20/08/2011/Sejarah-Istana-Tampaksiring/201107020355
Wangsa Sailendra
Śailendravamśa atau wangsa sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752.
Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana.
Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini masih diperdebatkan.
Disamping berasal dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini.
Di Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis).
Kemudian nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari tahun 725 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka).
Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda.
Asal-usul
Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana.
Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara.
Ada yang mengatakan bahwa keluarga Śailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan.
Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) berasal dari Kalingga (India Selatan).
Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Śailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang.
Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya.
Teori Funan
George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja).
Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Śailendra.
Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera
Teori Nusantara
Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini.
Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.
Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra berasal dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada abad ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa berdasarkan atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak mau berbhakti kepada Sriwijaya.
Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta pada prasasti Sojomerto.
Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuna.
Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka.
Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa.
Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām menjadi penganut agama Buddha Mahāyāna juga.
Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sañjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang.
Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang.
Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..).
Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ.
Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata Sansekerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna.
Jika demikian, kalau keluarga Śailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sanskrit di dalam prasasti-prasastinya.
Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra.
Berdasarkan paleografinya, prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi.
Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya.
Disebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna;
Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.
Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya.
Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi.
Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun.
Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi.
Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun.
Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.
Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna).
Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun.
Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi.
Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.
Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga Śailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya.
Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga).
Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya.
Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur.
Berita Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang disebut She-po (Jawa).
Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sebagai ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima).
Ratu ini memerintah dengan baik.
Mungkinkah ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra?
Apabila ya, maka diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dan seterusnya.
Era Kerajaan Medang
Kerajaan Medang diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2]
Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah.
Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra.
Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasettu.
Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.
Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa.
Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
Daftar raja-raja
Pendapat umum menyebutkan raja-raja Wangsa Sailendra adalah sebagai berikut,
1. Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri Wangsa Sailendra
2. Wisnu (775-782), Candi Borobudur mulai dibangun
3. Indra (782-812), menyerang dan mengalahkan Kerajaan Chenla (Kamboja), serta mendudukinya selama 12 tahun
4. Samaratungga (812-833), Candi Borobudur selesai dibangun
5. Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan, pangeran Wangsa Sanjaya
6. Balaputradewa (833-850), melarikan diri ke Sriwijaya setelah dikalahkan Rakai Pikatan
Akan tetapi, beberapa sejarawan tampaknya menolak urutan ini.
Misalnya, Slamet Muljana berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran.
Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada.
Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra.
Runtuhnya Wangsa Sailendra
Adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah.[rujukan?]
Untuk mengatasi ini, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya.[rujukan?] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani.[rujukan?]
Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya.
Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad.[rujukan?] Orang-orang Jawa yang menjadi pengikut Balaputradewa merasa tersingkir dan akhirnya bermigrasi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sailendra
Relief dan cerita pada Candi
Relief
1. Relief Teratai
a. Jaman singosari
Arca dewa pada jaman ini biasanya diapit oleh dua relief pohon teratai yang tumbuh di kanan kiri kaki arca.
b. Jaman Majapahit
Pohon teratai tak lagi di ukir dikanan kiri kaki arca namun periuk.
c. Penampak teratai
Bunga teratai dalam relief candi berkembang menjadi tiga macam.
i. Putih : Kumuda
ii. Merah : Padma
iii. Biru : Utpala
Utpala di candi sering digambarkan dengan rangkaian bujur sangkar / belah ketupatdan menutupi bidang dinding bagaikan permadani “suksmoro”
2. Relief Kepala kala / banaspati / raksasa hutan/kala-makaraKepala kala pada candi Borobudur
a. Hiasan tidak dapat dihilangkan jika dihilangkan maka bangunan akan rusak hiasan dapat dilenyapkan tanpa merusak bangunan bentuk umum seorang raksasa yang melotot,hidung lebar dan terdapat taring pada kedua pihak, juga pada kedua pihak terkadang terdapat kuku yang besar dan berkaitang dengan makara, menurut stutterheim makara merupakan gambar buaya yang mukanya rusak. Menurut N.J Krom makara merupakan kepala gajah yang berbadan ikan .
Makara berbadan panjang dan berakir pada kala,yang terletak di atas pintu atau ceruk,relung.hiasan kala makara juga terdapat pada pinyu candi,pada torana atau pada jenjang naik candi.
b. di jawa tengah terpajang pada mabang diatas pintu relung, kepala kala dirangkai kan dengan makara menghiasi bagian kanan dan bawah pintu/ relung. Makara ialah mahluk semacam ikan yang mulutnya menganga sedang bibir atasnya melingkar keatas seperti belalai gajah yang diangkat,
c. terkadang kepala kala disamarkan menjadi hiasan daun-daun yang menjadi pola utama di dalam ukir-ukiran dan di rangkaikan oleh sulur-sulur yang melingkar menjadi sulur gelung yang di fungsikan sebagai pengisi lajur-lajur yang tegak lurus.
d. Banyak pula sulur yang digambarkan keluar dari sebuah jambangan dan melingkar meliku ke kanan dan kekiri yang mengisi bidang-bidang datar.
3. Antefix
Hiasan pada candi yang pada umumnya berbentuk segi tiga.
4. Perhiasan ornamentik
Hiasan yang merupakan perpaduan antara daun-daunan dan bunga-bungaan
5. Hiasan geometri
Hiasan ini berbentuk lingkaran-lingkaran segi-segi dan sebagainya.
6. Spiral
Garis ikal yang juga terbagi dalam dua jenis
a. Ikal biasa
b. Ikal mursal (recalcitrant)
Cerita Pada Candi
Relief pada Candi Borobudur.
a. Karmawibangga
Menggambarkan perbuatan manusia serta hukuman akibat dari perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia it. Relief ini di timbun di dalam kaki candi.
b. Lalitawistara
Terletak di tembok lorong utama menceritakan mengenai riwayat budha Gautama sejak lahir sampai dia mendapat Bodi
c. Gandawyuha
Menceritakan mengenai usaha Sudana mencari ilmu tertinggi terdapat pada lorong kedua dan seterusnya.
d. Jataka
2. Relief pada candi Prambanan
a. Ramayana
Relief terdapat pada langkan candi siwa dan diteruskan pada candi brahmana.
b. Krisnayana terdapat pada candi wisnu.
3. Candi Jago
a. Krisnayana
b. Parthayajna
c. Kunjarakarna
Raksasa yang memperoleh moksa
d. Arjuna wiwaha
4. Candi Penataran
Relief bubuksa dan gagang aking
Relief bubuksa dan gagang aking ini menceritakan tengtang dua orang tokoh bubuksa (berbadan gemuk) dan gagang aking (yang berbadan kurus) yang keduanya sedang melakukan bertapa, namun cara bertapa mereka tidaklah sama bubuksa bertapa dengan jalan makan banyak dan mengambil tempat diatas gunung,sedangkan gagang aking bertapa dengan jalan tidak makan dan tidak minum,berada dibawah gunung. suatu saat untuk menguji ke teguhan mereka dalam pertapa apakah mereka sudah mencapai darma atau belum, ada seorang dewa yang turun ke bumi menyamar sebagai harimau yang kelaparan yang hendak memakan keduanya, disini di ceritakan ketika harimau itu lapar dan hendak memakan gagang aking, gagang aking menjawab bahwa tubhnya tidaklah enak karena dia kurus, maka dia menyarankan kepada harimau lapar itu untuk memakan kawannya bubuksa yang tubuhnmya lebih gemuk. Sehingga harimau itu menemui bubuksa di atas gunung, sesampainya di hadapan bubuksa dan hendak memakan bubuksa bubuksa tidahklah mengelak atau takut untuk dimakan namun dia justru menyerahkan diri kepada harimau untuk di jadikan makanan. Dan dari kejadian iniu akirnya bubuksa mencapai ke nirwana lebih dahuli dari pada gagang aking ini terlihat dari gambar relief yang melihatkan gambar seorang gemuk yang naik harimau dan orang kurus yang hanya memegang ekor harimau menuju ke nirwana.
a. Ramayana
b. Krisnayana
c. Relief sritanjung
d. Sang styawan
5. Candi Surowono : Relief arjuna wiwaha.
6. Candi tigawangi : Relief sudamala
7. Candi sukuh : Relief Sudhamala
8. Candi kidal : Relief Garudeya
9. Candi mendut
a. Pada sisi tangga masuk candi cerita jataka
b. Ukiran hewan di bawah kaki terling candi mendut dstilir menggambarkan cerita jataka,mis burung dengan 2 kepala,buaya dengan kera,singa dengan tikus.
Macam tatahan pada Relief
1. Haut Relief/tatahan tinggi/high relief
Tatahan pada dinding yang timbul keluar lebih dari apa yang dipahat atau di ukir.
2. Bas Relief/tatahan rendah/if the figures or design project slightly.
Relif atau tatahan yang menonjol dari setengah relief kebalikan dari haut relief (menonjol kurang dari setegah)
3. Demi relief/tatahan setengah
Relief antara haut relief dan bas relief, tatahan menonjol setengah dari apa yang di lukiskan.(setengah masuk setengah keluar)
4. En crouse-relief/tatahan dalam
Tatahan tidak keluar dari bidang datar (gambar relief tidak timbul pada dinding)
5. A-jour-relief/tatahan tembus
Bidang dinding dipahat sehingga tembus.pelataranya merupakan bidang yang berlubang.(tembus berlubang)
Pembacaan relief
1. Pradaksina
Pembacaan relief memutar searah dengan jarum jam maka relief ini berhubungan dengan dewa yajna biasanya candi yang relief pembacaannya searah dengan jarum jam ini berfungsi sebagai candi pemujaan .
2. Prasawiya
Pembacaan relief memutar berlawanan dengan arah jarum jam candi yang memiliki relief ini biasanya berfungsi sebagai Pitrayajna sebagai pemujaan terhadap leluhur.
Hiasan lain pada candi
Prasasti
Di dalam Hindu kuno Prasasti di gunakan sebagai pengungkapan bahasa percakapan, juga sebagai mantra karena dianggap memiliki kekuatan yang magis. Terkadang prasasti juga menceritakan dan melukiskan keadaan penduduk pada jaman prasasti itu dibuat, juga menceritakan mengenahi bagaimana kekuasaan dan kebesaran raja pada saat prasasti itu di buat.meskipun pada jaman dahulu penduduk desa pada masa kerajaan itu yang dapat membaca dan menulis hanya beberapa orang saja namun hal tersebut tidaklah mengurangi dari fungsi prasasti dibuat, karena prasasti itu didirikan juga agar dibaca oleh orang lain daerah yang mampu membaca palawa, dengan dalih orang lain daerah akan tahu bagaimana kebesaran dan kekuatan raja di daeraj itu, sehingga terjadi mereka jera dan sungkan.
Jenis prasasti
1. Prasasti sebagai Sapata atau kutukan
2. Prasasti sebagai kakawin
http://gchandrakirana.blogspot.com/2011/07/rellief.html
Kamis, 04 Agustus 2011
STRUKTUR SOSIAL dan DIFERENSIASI SOSIAL
Sosiologi BAB I. STRUKTUR SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL
1. Pengertian dan ciri Struktur Sosiala. Pengertian Struktur Sosial :Struktur sosial adalah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, di dalam struktur sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku.
b. Pengertian struktur sosial menurut Ahli :
i. Coleman : Pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia
ii. Kornblum : Pola perilaku individu dan kelompok, yaitu perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
iii. Soerjono soekanto : sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan peranan-peranan social
c. Ciri-ciri Struktur Sosial :
i. struktur sosial mengacu pada hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan bentuk pada masyarakat
ii. struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu
iii. struktur sosial meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat
iv. struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memiliki kerangka yang membentuk suatu tatanan
v. struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian. Pertama di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris, kedua di dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian.
2. Fungsi Struktur SosialMenurut Mayor Polak ada 3 fungsi struktur social :
a. Sebagai pengawas social, yakni penekanan terhadap kemungkinan terjadi pelanggaran atas norma dan nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b. Sebagai dasar untuk menanamkan disiplin social kelompok atau masyarakat
c. Struktur social merupakan karakteristik yang khas dimiliki oleh masyarakat
3. Bentuk Struktur sociala. Dilihat dari sifatnya :
i. Struktur social Kaku : Struktur social merupakan bentuk struktur social yang tidak bisa diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat mengalami kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status/kedudukan
Struktur social luwes : Struktur social yang setiap anggotanya bebas bergerak melakukan perubahan status / kedudukannya
ii. Struktur social formal : Struktur social yang diakui oleh pihak berwenang, contoh lembaga pemerintahan tingkat kabupaten yang terdiri dari bupati, wakil bupati, sekwilda dsb.
iii. Struktur social informal : Struktur social yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak berwenang, contoh tokoh masyarakat yang disegani.
b. Dilihat dari identitas anggota masyarakatnya
i. Struktur social heterogen : Struktur social yang ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya
ii. Struktur social homogeny : Struktur social yang ditandai oleh keanggotaannya sama / sejenis
c. Dilihat dari ketidaksamaan social :
i. Diferensiasi Sosial ( Secara horizontal )
Secara horizontal merupakan struktur masyarakat dengan berbagai kesatuan social berdasarkan perbedaan perbedaan suku, agama, dan adat istiadat yang dikenal dengan istilah diferensiasi social
ii. Stratifikasi Sosial ( Secara vertikal )
Secara vertical merupakan struktus social yang ditandai oleh kesatuan kesatuan social berdasarkan perbedaan pelapisan social baik lapisan atas maupun lapisan bawah yang dikenal dengan istilah stratifikasi social
4. Faktor pembentuk ketidaksamaan sociala. Factor geografis : Perbedaan mata pencaharian, tradisi, letak geografis, iklim, suhu, dll.
b. Factor etnis
c. Kemampuan / potensi diri
5. Latar belakang socialMenurut pendapatan Peter M. Blau
i. Intersected social structuce :Struktur social yang keanggotaannya bersifat menyilang
ii. Consolidated social structure : Struktur social yang setiap anggotanya tumpang tinggi paramenter ( tolak ukur ), dan mengakibatkan penguat identitas keanggotaan
6. Unsur – unsur struktur social Menurut Soerjono Soekanto unsur – unsur social dalam struktur social meliputi :
a. Kelompok social
b. Kebudayaan
c. Lembaga social
d. Stratifikasi social
e. Kekuasaan dan wewenang
Diferensiasi Sosial
Pengertian Deferensiasi Sosial
Diferensiasi social adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu tingkatan (hirarki). Dengan kata lain diferensiasi social adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama.
Diferensiasi social dikenal juga dengan istilah kemajemukan – kemajemukan social ditandai dengan perbedaan-perbedaan sebagai berkut :
a. Berdasarkan ciri fisik
b. Berdasarkan ciri social
c. Berdasarkan ciri budaya
Bentuk – bentuk diferensiasi social :a. Diferensiasi Ras
b. Diferensiasi Etnis
c. Diferensiasi Agama
d. Diferensii Gender
a. Diferensiasi RasPengelompokan manusia berdasarkan ras merupakan pengelompokan manusia yang bersifat jasmaniah, berdasarkan pada cirri-ciri fisik, seperti warna kulit, rambut, serta bentuk-bentuk bagian wajah.
Dengan kata lain diferensiaisi ras adalah gelompokan masyarakat berdasarkan ciri – ciri fisiknya
Ras adalah Pengelompokan manusia yang didasarkan oleh ciri fisik termasuk cirri genotif.
Pembagian Ras di dunia menurut A.L Kroeber :
a. Ras Austroloid mencakup penduduk asli Australia
b. Ras Mongoloid mencakup Asiatic Mongoloid
c. Ras Kaukosoid mencakup Nordic, Mediteranian, dan India
d. Ras Negroid mencakup African, Negrito
e. Ras – Ras khusus mencakup Bushman, Veddcid, Polynesian, Ainu
b. Diferensiasi Etnis (Suku Bangsa)Diferensiasi etnis atau suku bangsa menunjukan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing.
Dengan kata lain diferensiasi etnis merupakan perbedaan manusia /penggolongan manusia berdasarkan cirri-ciri budaya , yang mencakup bahasa, kesenian, dan dapt istiadat. ( atas identitas dan kebudayaan )
Etnis adalah suatu kelompok golongan manusia yang terikat oleh kesadaran aktivitas akan kesatuan kebudayaannya sendiri.
c. Diferensiasi AgamaDiferensiasi social atas dasar agama terwujud dalam kenyataan social bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menaganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat.
Dengan kata lain diferensiais agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan kepercayaan /agama, mencakup Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, dan Buddha.
Menurut Emile Durkheim agama adalah sistem terpercaya yang terdiri atas kepercayaan yang berhubungan dengan hal- hal suci.
Agama berisi tentang :
a. Sesuatu yang dianggap sacral , melebihi kehidupan duniawi
b. Sekumpulan kepercayaan tentang hal yang dianggap sacral
c. Penegasan kepercayaan dengan melaksanakan ritual, yaitu aktifitas keagamaan
d. Sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama.
d. Diferensiasi GenderPada umumnya orang mengangap istilah gender sama dengan seks (jenis kelamin) , tetapi sesungguhnya tidaklah demikian.
Menurut William Ogburn , perbedaan secara seks adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, yaitu karakter primer, seperti alat kelamin, sedangkan perbedaan gender cara berperilaku pria dan wanita yang ditentukan oleh kebudayaan atau kodratnya dan kemudian menjadi bagian kepribadiannya.
• Pengertian Gender adalah pola perilaku seseorang yang dibentuk oleh kebudayaan/ kodrat
• Pengertian Peran Gender sebagai pembedaan jenis kelamin, pria dan wanita secara biologis pria memiliki kekuatan fisik yang melebihi wanita, sedangkan wanita memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan anak.
Pengaruh Diferensiasi Sosial1. Primodialisme, yaitu pandangan atau paham yang menunjukan sikap berpegang teguh padahal yang semula di bawa sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku, bangsa, ras, dan agama. ( Sejak Lahir )
2. Etnosentrisme, yaitu suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran – ukuran yang berlaku dimasyarakatnya
3. Sektarian, yaitu keadaan dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah organisasi masa, baik formal atau informal
4. Konsolidasi, merupakan usaha untuk memperkuat suatu hubungan
Sisi Positif Primodialisme : Mengikat / memperkuat suatu kelompok / golongan terutama menghadapi ancaman dari luar
Sisi Negatif Primodialisme : Membangkitkan permusuhan terhadap kelompok lain
Sisi Positif Etnosentrisme :
a. Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
b. Mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan pada bangsa
c. Memperteguh rasa cinta terhadap budaya dan bangsa
Sisi Negatif Entosantrisme : Mengakibatkan konflik social dan budaya
Diferensiasi sosial
Diferensiasi sosial adalah perbedaaan penduduk / warga masyarakat dalam golongan atau kelompok secara horizontal ( tidak bertingkat ).
Perwujudannya adalah penggolongan penduduk atas dasar perbedaan dalam hal yang tidak menunjukkan tingkatan ras, gender, etnis, dan agama.
Diferensiasi sosial menunjukkan adanya keanekaragaman dalam masyaraka. Suatu masyarakat yang terdiri atas berbagai unsur yang satu dengan yang lain.
Menunjukkan perbedaan tidak bertingkat (horizontal) disebut masyarakat majemuk. Dengan kata lain masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang ditandai dengan dianutnya system nilai oleh berbagai kesatuan sosial.
Konsepsi masyarakat majemuk dikemukakan pertama kali oleh J. S. Furnival, yaitu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas yang seacara cultural dan ekonomis terpisah - pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.
Secara garis besar, masyarakat majemuk dikategorikan menjadi empat kelompok.
a. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbangMerupakan kelompok masyarakat yang mempunyai kekuatan kompetitif
seimbang, baik antara masyarakat yang satu dan kelompok yang lain.
b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominanMerupakan suatu kelompok etnis mayoritas yang mendominasi persaingan
politik maupun ekonomi,sehingga posisi – posisi kelompok lain menjadi kecil.
c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominanMerupakan suatu kelompok etnis minoritas tertentu yang mempunyai
keunggulan kompetitif yang kuat, sehingga mendominasi kehidupan ekonomi
maupun kelompok masyarakat.
d. Masyarakat majemuk dengan fragmentarisMerupakan masyarakat yang terdiri dari atas sejumlah besar kelompko etnis
yang mempunyai jumlah kecil, sehingga tidak ada satu kelompok pun yang
mempunyai jumlah kecil, sehingga tidak ada satu kelompok pun yang
mempunyai posisi politik maupun ekonomi yang dominant.
Ciri – Ciri Diferensiasi Sosial
a. Perbedaan ciri – ciri fisikDiferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri – ciri fisik tertentu yang mendasari lahirnya pembagian ras, seperti bentuk kepala, bentuk badan, bentuk hidung, bentuk dan warna rambut, warna kulit, bentuk muka dan tulang rahang bawah, bentuk dan warna mata.
b. Perbedaan ciri – ciri sosialPerbedaan ini berkaitan dengan status dan peranan warga masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu, ditentukan pula oleh perbedaan mata pencaharian, presite, dan kekuasaan.
c. Perbedaan ciri –ciri budayaPerbedaan pada factor ini, berhubungan dengan adanya perbedaan pandangan hidup suatu masyarakat yang menyangkut pelaksanaan nilai, norma, system religi, system kekerabatan, bahasa yang dipakai, kesenian, etos kerja, teknologi, system kemasyarakatan, juga pakaian adat.
Terjadinya Diferensiasi Sosial
a. Ditentukan dari Tuhan Yang Maha Esa ( secara kodrati )
Misalnya : diferensiasi ras, suku bangsa, dan jenis kelamin.
b. Ditentukan oleh manusia sendiri untuk mencapai tujuan tertentu.
Misalnya : diferensiasi dalam hal pekerjaan.
Sumber : Buku Kresna / ( Penerbit Sinar Mandiri )
Interseksi dan Konsolidasi
Penggolongan masyarakat secara vertical ( stratifikasi / pelapisan sosial ) maupun secara horizontal ( diferensiasi sosial / kemajemukan ) tidaklah menggunakan dasar –dasar atau faktor – faktor yang tunggal atau terdiri sendiri tetapi bersifat kumulatif, sehingga sering terjadi interseksi ( persilangan ) dan konsolidasi ( tumpang – tindih ) keanggotaan masyarakat dalam berbagi kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Untuk memahami persoalan ini secara jelas lebih dahulu perlu disampaikan pengertian interseksi, konsolidasi, dan kelompok sosial.
1. Interseksi
Interseksi ( intersection ) dalam Kamus Inggris – Indonesia yang disusun oleh Hasan Shadily, antara lain diartikan sebagai titik potong atau pertemuan ( of two lines ) dapat pula disebut persilangan. Sedangkan istilah section ( seksi ) menurut Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto antara lain diartikan sebagai suatu golongan etnik dalam masyarakat yang masing – masing adalah seksi.
Dari uraian ini maka dapat dirumuskan bahwa interseksi merupakan persilangan atau pertemuan titik potong keanggotaan dari dua suku bangsa atau lebih dalam kelompok – kelompok sosial didalam suatu masyarakat yang majemuk.
2. Konsolidasi
Konsolidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartika sebagai perbuataan ( hal, dan sebagainya ) memperteguh atau memperkuat ( perhubungan, persatuan, dan sebagainya). Berdasarkan pengertian tersebut maka konsolidasi diartikan sebagai penguatan atau peneguhan keanggotaan anggota – anggota masyarakat dalam kelompok – kelompok sosial melaui tumpah – tindih keanggotaan.
3. Kelompok sosial
Kelompok sosial atau sosial group merupakan pengumpulan ( agregasi ) manusia yang teratur. Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan – kesatuan manusia yang menyangkut hubungan timbal – balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling menolong.
Kriteria yang sistematika tentang kelompok sosial ini dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, yaitu sebagi berikut.
a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal – balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Factor yang sama ini dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, idelogi
yang sama, musuh bersama, atau merupakn kelompok etnik ( suku bangsa ).
a. Kelompok tersebut mempunyai struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.
b. Memiliki suatu sistem dan proses tertenu.
Sumber : Buku Kresna / ( Penerbit Sinar Mandiri )
Langganan:
Postingan (Atom)